Mabuun diera tahun 1950-an dikenal sebagai daerah perkebunan yang dikelola secara tradisional oleh sebagian penduduk asli kampoeng Tanjung, Sulingan, Belimbing dan Tanta, dimana koloni penduduk tersebut berasal dari sistem kekerabatan yg diwariskan oleh orang tuanya masing-masing dengan tanaman intinya, karet dan buah-buahan seperti cempedak, kasturi, pitanak, tarap, asam ramania, binjai, kumanjing, tandui, durian, papakin dan segala nyiur/kelapa sebagai pembatas tanah-tanah kebun penduduk asli tersebut.
Nama desa Mabuun berasal dari bahasa/tutur penduduk asli tersebut diatas. Budaya yg tumbuh karena kebiasaan atau tradisi penduduk setempat sebagai pekebun itulah "Berkebun" atau pergi kekabun itulah terjadi dialegtolografi, yg dalam kamus Bahasa Banjar Menurut Prof.DR.H. Abdul Djebar Hapip (Guru besar ahli bahasa pada Fakultas Kejuruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unlam disebutkan "Mabu" singkatan sebutan dari "Uma" Ma'apa atau "Uma kemana". Karena kebiasaan Uma/Ibu selalu kekebun inilah kemudian daerah perkebunan ini hingga sekarang disebut MABU'UN, Meski area leluhur ini kemudian telah berubah menjadi daerah merto bisnis Tabalong.
Nama desa Mabuun berasal dari bahasa/tutur penduduk asli tersebut diatas. Budaya yg tumbuh karena kebiasaan atau tradisi penduduk setempat sebagai pekebun itulah "Berkebun" atau pergi kekabun itulah terjadi dialegtolografi, yg dalam kamus Bahasa Banjar Menurut Prof.DR.H. Abdul Djebar Hapip (Guru besar ahli bahasa pada Fakultas Kejuruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unlam disebutkan "Mabu" singkatan sebutan dari "Uma" Ma'apa atau "Uma kemana". Karena kebiasaan Uma/Ibu selalu kekebun inilah kemudian daerah perkebunan ini hingga sekarang disebut MABU'UN, Meski area leluhur ini kemudian telah berubah menjadi daerah merto bisnis Tabalong.